Popularitas media digital di era
informasi kini semakin mengalami pergerakan. Hal ini menjadi tantangan para
professional PR agar mereka mampu mengemas kampanye kehumasan dengan cara yang
kreatif. Semakin banyaknya pengguna internet di era ini membuat praktisi humas
harus mampu memanfaatkan media sosial sebagai sarana yang paling efektif dalam
melakukan kampanye kehumasan.
Untuk dapat mengetahui dan mengenal
audiens, seorang praktisi humas haruslah mampu melakukan pengukuran
keefektivitasan saat melakukan kampanye digital PR. Namun, dengan cara apakah
seorang praktisi humas mengukur keefektivitasan kampanye mereka? Agar lebih
mudah dipahami, ada beberapa contoh yang akan dibahas di artikel ini.
Dewasa
ini, seorang praktisi humas memilih media social untuk melakukan sebuah
kampanye, baik itu kampanye produk, kampanye pencalonan kandidat ataupun
kampanye untuk suatu perubahan sosial. Untuk kampanye produk misalnya, ketika
sebuah perusahaan meluncurkan suatu produk baru, mereka harus memiliki upaya
agar produk yang akan dikeluarkan menjadi viral dan banyak dicari masyarakat.
Di sini peran seorang praktisi humas sangatlah penting. Ia bisa melakukan
kampanye produk di era digital ini. Misalnya dengan memposting produk
pra-launching dengan sekreatif mungkin. Hal ini akan mendorong rasa penasaran
masyarakat untuk lebih mencari tau mengenai produk yang akan dijual. Dengan
melakukan kampanye produk di media social seperti Instagram, seorang praktisi
humas nantinya akan bisa mengukur keefektivitasan kampanye yang ia lakukan di
media sosial. Keefektivitasan tersebut dapat diukur lewat seberapa banyak
masyarakat yang mengikuti akun di media sosial kita atau seberapa banyak jumlah
like atau repost yang mereka berikan yang nantinya akan berpengaruh terhadap
jumlah penjualan. Keefektivitasan kampanye digital PR juga dapat diukur dengan
cara mengamati seberapa banyak masyarakat yang akan memberikan pengaruh
terhadap orang lain untuk menggunakan produk yang kita pasarkan lewat media
sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar