Rabu, 11 Januari 2017

Asah Kreativitas di Ilmu Komunikasi UNTAN - Advertorial

            Jika Anda sedang mencari tempat kuliah, hobi menulis, berminat di dunia jurnalistik atau public relations, berdomisili di Pontianak dan ingin dikelilingi orang-orang kreatif, program studi Ilmu Komunikasi Universitas Tanjungpura-lah jawabannya. Berdiri sejak 2013, prodi Ilmu Komunikasi telah melahirkan mahasiswa yang kreatif dan inovatif hingga saat ini. Terbukti dengan banyaknya perlombaan yang diikuti dan prestasi-prestasi yang diraih mahasiswanya.

Prodi Ilmu Komunikasi di Universitas Tanjungpura memiliki dua konsentrasi, yakni public relations dan jurnalistik. Mahasiswa diwajibkan untuk memilih konsentrasi atau peminatan pada saat mereka mulai duduk di semester lima. Ada beberapa event yang wajib diadakan prodi Ilmu Komunikasi Universitas Tanjungpura setiap tahunnya, satu di antaranya adalah Communication Week. Event tersebut berisi perlombaan bagi para mahasiswa baru Ilmu Komunikasi untuk mengenalkan mereka apa yang akan dipelajari di prodi ini. Selain mengasah kreativitas, tujuan diadakannya Communication Week adalah agar setiap angkatannya saling mengenal satu sama lain. Perlombaan yang diadakan pada event ini di antaranya adalah lomba membaca berita, lomba fotografi, desain logo dan lain sebagainya. Dengan berbagai perkuliahan yang menyenangkan dan mengasah kreativitas, prodi Ilmu Komunikasi Universitas Tanjungpura merupakan pilihan yang tepat bagi orang-orang kreatif seperti Anda!

Pemanfaatan Instagram Sebagai Media Promosi PR

            Media sosial Instagram menjadi media yang paling berpengaruh akhir-akhir ini. Pasalnya, hampir setiap orang saat ini menggunakan Instagram untuk sekedar mengupload foto atau video untuk menunjukkan eksistensinya. Instagram pun menjadi media sosial yang populer di dunia dan paling sering digunakan. Hal ini memberikan peluang bagi para praktisi PR.
Mengingat saat ini jumlah pengguna Instagram semakin berkembang, Instagram pun dijadikan wadah untuk promosi pagi para praktisi PR dan marketing komunikasi. Saat membuka Instagram, kita dapat melihat berbagai macam promosi yang berasal dari berbagai toko dan brand. Sejatinya, ada beberapa strategi yang perlu dilakukan para praktisi PR untuk dapat melakukan kegiatan PR seperti publisitas atau iklan agar dapat dilihat khalayak yang mendunia.
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah kualitas foto atau video. Kualitas foto yang baik secara tidak langsung akan menunjukkan gambaran/image tentang brand yang dipulikasikan. Sebisa mungkin, pilihlah foto dengan kualitas terbaik untuk diupload di media sosial. Kedua, perhatikanlah tema yang digunakan. Setiap foto harus memiliki filter warna dan jenis yang sama. Pemilihan filter juga harus disesuaikan dengan tema brand. Misalnya adalah untuk brand bertema minimalis, tema yang dipilih juga harus senada.


Review Buku "Your Job is Not Your Career"


A.    Isi Buku
Your Job is Not Your Career merupakan buku karangan Rene Suhardono, seorang career coach yang sudah dikenal dengan tulisannya yang memotivasi. Buku ini menceritakan bagaimana seseorang seharusnya memilih pekerjaan di hidupnya. Ia juga menjelaskan bahwa pekerjaan dan karir adalah dua hal yang berbeda.
Di awal buku, Rene menuliskan bahwa pekerjaan tidaklah sama dengan karir. Ada beberapa definisi mengenai pekerjaan (job), di antaranya adalah pekerjaan merupakan alat/instrument bagi perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi, sarana bagi individu untuk memenuhi kebutuhan hidup dan berkarya, jalan untuk berkembang secara pribadi dan professional dan kendaraan untuk memperoleh pencapaian pribadi (personal achievement) serta berkontribusi bagi lingkungan (to give back to the community). Sedangkan karier sepenuhnya mengenai diri kita sendiri. Definisi karier lainnya adalah bagaimana kita mengenal diri sendiri (keunikan diri) dan mengetahui hal-hal yang sangat diminati (your passions), bagaimana menjalani hidup yang bermakna (your purpose of life), bagaimana kita ingin diingat saat tiada nanti (your values), bagaimana untuk senantiasa punya pandangan positif sepanjang hidup (your motivation), semangat untuk terus melakukan perbedaan dalam hidup sekarang (your action), dan bagaimana mencapai kebahagiaan dan kepuasan/ketercapaian dalam hidup.
Kemudian penulis menjelaskan juga bahwa untuk mendapatkan karir yang kita inginkan, seseorang harus mencari dan menemukan passion dari dirinya. Apakah passion itu? Passion menurut Rene adalah not what you’re good at but what you enjoy the most. Passion adalah segala hal yang kita sukai atau minati sedemikian rupa sehingga kita tidak terpikir untuk tidak mengerjakannya. Passion tidak selalu berkaitan dengan mencari pekerjaan baru, aktivitas baru yang mungkin diminati. Karena passion sudah ada di dalam diri kita.
Di dalam buku ini juga diberikan beberapa tips untuk menemukan passion kita. Salah satunya dengan membuka diri kepada banyak hal dalam kehidupan. Misalnya seperti menemui teman-teman baru, pergi ke tempat-tempat baru, mencicipi makanan-makanan baru dan melakukan hal-hal baru. Selain itu, cara lain adalah dengan selalu antusias atas segala hal yang dikerjakan. Antusias dalam pekerjaan, keluarga dan kehidupan.
Diceritakan dalam buku ini juga bahwa tujuan akhir dari pentingnya menemukan karier untuk diri kita adalah kebahagiaan dan keterpenuhan (fulfillment). Semua usaha yang kita lakukan sebenarnya bermuara pada kedua hal itu yaitu ingin mendapatkan kebahagiaan dan bisa memenuhi kebutuhan diri kita dengan mudah dan nyaman.

B.     Analisis
Berdasarkan buku tersebut, saya akan memberikan beberapa analisis, di antaranya berupa argumen pribadi, pesan moral dan manfaat setelah membaca buku ini. Your Job is Not Your Career merupakan buku yang sangat menarik untuk dibaca. Dengan bahasa yang ringan dan khas anak muda, buku ini sangat mudah dimengerti oleh mulai kalangan remaja hingga dewasa. Buku ini akan mengubah pandangan kita mengenai apa itu pekerjaan dan karier, serta menyadari kita bahwa kedua hal tersebut ternyata berbeda.
Banyak sekali orang yang menyamakan pekerjaan dengan karier padahal jika dicerna, kedua hal tersebut ternyata berbeda. Saya sangat setuju akan tulisan dari penulis bahwa karier merupakan apa yang menjadi impian kita dan didasari oleh kesenangan kita. Dalam karier, seseorang tidak akan berpikir berapa lama ia melakukannya, karena ada passion di dalamnya. Bahkan dia dapat melakukan tanpa bayaran apapun (dalam konteks dan waktu tertentu) karena dalam apa yang dikerjakan sebagai kariernya tersebut terdapat passion. Maka dari itu, di dalam memilih pekerjaan, kita harus memilih sesuai dengan karier kita agar tercapai goals berupa happiness dan fulfillment.
Ada banyak pelajaran yang bisa diambil setelah membaca buku ini, di antaranya yaitu kita semakin dimotivasi untuk menggali diri kita lebih dalam. Motivasi untuk mengetahui siapa diri kita dan apa yang menjadi passion kita sesungguhnya merupakan hal yang akan kita cari setelah membaca buku ini. Manfaat membaca buku ini di antaranya adalah lebih mendorong kita untuk jujur kepada diri sendiri agar dapat mengetahui apa yang menjadi passion kita. Berita baiknya adalah passion nyatanya sudah ada di dalam diri kita sendiri. Tidak perlu kita cari kemanapun, karena hal tersebut sudah ada dalam diri kita.
Menurut Rene, karir tidak harus ada di satu perusahaan tertentu. Kita bisa saja berpindah-pindah perusahaan, namun karier dan pengalaman akan tetap melekat di diri kita. Pekerjaan yang sekarang kita jalani bisa saja bukan karir kita karena pekerjaan yang sekarang bertentangan dengan “passion”, sesuatu yang benar-benar diinginkan dalam hidup. Oleh karena itu, dengan membaca buku ini kita diajarkan untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan karier kita agar tercapainya tujuan hidup berupa happiness dan fulfillment.

C.     Saran

Buku ini sangat tepat jika dibaca bagi kalangan remaja hingga dewasa. Dengan berbagai ilustrasi menarik yang disajikan, buku ini sangat mudah dipahami saat dibaca. Satu kekurangan di buku ini adalah banyaknya istilah-istilah asing yang kemungkinan jika dibaca oleh kalangan remaja, akan sulit dipahami. Ini menjadi masukan untuk penulis agar lebih memerhatikan tata bahasa yang digunakan. Sedangkan dari segi desain, buku Your Job is Not Your Career sangat memiliki desain yang unik dan menarik. Selebihnya, buku ini sangat memiliki manfaat dan bagus untuk dibaca.

Review Film Janji Joni (2005)


Janji Joni (2005) merupakan film garapan Joko Anwar yang dibintangi oleh Nicholas Saputra sebagai pemeran utamanya. Bercerita tentang seorang pengantar roll film yang selalu tepat waktu dalam menjalankan tugasnya. Joni (Nicholas) berjanji tidak akan pernah terlambat dalam mengantarkan roll film sehingga penonton tidak akan pernah melihat tulisan “MOHON MAAF, TUNGGU FILM” (kalimat yang biasa ditemukan ketika roll film putus) pada saat menonton.
Suatu hari, Joni bertemu dengan seorang gadis cantik (Mariana Renata) dan merasa penasaran untuk berkenalan dengannya. Gadis itu membuat Joni berjanji untuk tidak telat dalam mengantar roll film yang akan ditontonnya. Demi mendapatkan sebuah nama, Joni menerima tantangan tersebut. Ia mengira ini akan menjadi hal yang sangat mudah. Namun hari itu, entah kenapa seluruh kota seakan-akan bekerja sama untuk membuatnya gagal menepati janjinya. Ia harus bertemu dengan pencuri motor, ikut shooting film, bertemu dengan anak-anak band yang tenyata seorang kriminal, hingga bertemu dengan seniman gila.
Untuk pertama kali dalam setahun ia bekerja sebagai pengantar roll film, ia gagal menepati janjinya. Film yang penonton saksikan putus di tengah jalan, hingga muncul tulisan “MOHON MAAF, TUNGGU FILM”. Ia pun gagal menepati janjinya kepada gadis yang ia temui sebelumnya. Namun tak disangka, walaupun film yang ia tonton terputus, si gadis masih menunggunya. Ia justru menghargai perjuangan Joni yang telah bersusah payah mengantar roll film. Pada akhirnya, Joni mengetahui gadis itu bernama Angelique.

 Hasil Pengamatan
Film ini memiliki penonjolan isu mengenai realitas kehidupan di Indonesia. Ditandai dengan beberapa adegan yang berisi tentang kritik sosial di masyarakat Indonesia. Sutradara film mencoba mengangkat profesi pengantar roll film yang berasal dari kelas sosial rendah yang ternyata sangat berpengaruh di kehidupan kita. Profesi yang sudah luput dari perhatian banyak orang ini diangkat seakan-akan menjadi pahlawan saat kita menonton film di bioskop.
Pada masa itu, saat menonton bioskop, masyarakat tentunya tidak ingin tulisan “MOHON MAAF, TUNGGU FILM” muncul di tengah pemutaran film. Sehingga sosok “pengantar roll film” dianggap sangat penting di film ini. Namun di era teknologi sekarang, semua terlihat berbeda karena film tidak lagi diputar menggunakan roll, melainkan langsung terkoneksi dengan proyektor. Sang sutradara ingin menyampaikan betapa pentingnya profesi pengantar roll film pada masa itu, namun sangat sedikit masyarakat yang menaruh perhatian atas profesi tersebut.
Ada beberapa scene yang dapat kita temukan di film ini yang menonjolkan dan menekankan aspek terhadap suatu isu sehingga memunculkan opini publik. Satu di antaranya adalah tentang gay. Walaupun hanya diceritakan secara singkat di film ini, sang sutradara ingin menunjukkan bahwa homoseksual masih marak terjadi di Indonesia. Di scene tersebut diceritakan bahwa pada saat Joni mengantarkan roll film di suatu bioskop dan pergi ke toilet, ia bertemu dengan sepasang homoseksual yang sedang bercerita tentang film yang baru saja mereka tonton. Gerak-gerik kedua lelaki tersebut yang mengisyaratkan bahwa mereka adalah homoseksual. Mereka sudah tidak malu lagi menunjukkan jati diri di depan umum bahwa mereka adalah seorang homoseksual.
Dari scene ini, dapat dilihat bahwa sutradara film ingin menekankan isu seksualitas di dalam film ini sehingga membentuk opini publik bahwa homoseksualitas masih marak terjadi di Indonesia. LGBT memang selalu menjadi suatu isu yang tidak ada habisnya dibahas di wilayah Indonesia. Perdebatan-perdebatan selalu muncul ketika kita membahas isu tersebut. Di Indonesia, semakin lama orang yang mengalami kelainan seksual tersebut justru sudah tidak malu menunjukkan dirinya. Bahkan beberapa dari mereka dengan bangganya justru menampilkan hal-hal tersebut di depan umum. Bahkan ada yang rela menikah di negara yang melegalkan adanya pernikahan sesama jenis. Sang sutradara ingin menonjolkan aspek tersebut mengingat isu ini sangat banyak terjadi di Indonesia dan banyak memiliki pro dan kontra.
Diceritakan di film ini, selama bekerja menjadi pengantar roll film, Joni telah mengklasifikasikan setidaknya ada sepuluh tipe penonton bioskop di Indonesia. Berikut adalah kesepuluh tipe penonton bioskop tersebut.
a. Penonton cari perhatian (penonton yang hobinya gossip dan berpakaian mencolok agar mendapat perhatian dari orang lain)
b. Penonton piknik (penonton yang hobinya makan atau minum di dalam bioskop).
c.  Penonton pacaran
d. Penonton pembajak (penonton yang membawa alat perekam seperti kamera dan handycam untuk merekam film yang ia tonton untuk kemudian dijual kembali).
e. Penonton spoiler (penonton yang terus menerka dan menceritakan alur film menurut pendapatnya).
f. Kritikus film (penonton yang mencatat kekurangan dan kelebihan film yang ditonton).
g. Penonton ponsel (penonton yang hobinya menelpon saat menonton).
h. Penonton tidur (penonton yang sering tertidur selama menonton film).
i. Penonton telmi (penonton yang selalu bertanya tentang film yang sedang berlangsung).
j. Penonton perfeksionis (penonton yang tidak mau sedikitpun ada kekurangan dari film yang ditonton baik itu secara visual maupun audio visual).

Kriteria penonton yang dibuat oleh sang sutradara di atas sangat menunjukkan realitas penonton bioskop yang terjadi di Indonesia, khususnya penonton pembajak. Indonesia merupakan negara dengan hasil pembajakan tertinggi di dunia yaitu sekitar 90% berdasarkan data yang ada. Pembajakan yang sekarang ini sudah menjadi budaya di Indonesia memang sangat sulit dihindari mengingat setiap orang sudah mulai pintar bermain-main dengan teknologi. Hampir setiap orang bisa mendapatkan suatu karya, dalam hal ini film, dengan cara yang illegal, seperti mendownload ataupun membeli rekaman hasil bajakan. Isu mengenai hal ini diangkat oleh sang sutradara, bahkan dijadikan kategori penonton bioskop yang biasa ditemukan di Indonesia.
Awal perjuangan Joni ini diawali dengan keinginannya membantu seorang kakek buta yang ia temui hendak menyeberang jalan. Rupanya kakek tersebut sudah menunggu berjam-jam untuk dapat menyeberang jalan, namun tidak satu orangpun yang datang membantunya. Hingga akhirnya Joni pun turun dari motornya, dan membantu kakek buta tersebut menyeberang jalan. Saat itu kesialan sedang menghampirinya, sehingga ia harus mendapati motornya dicuri orang lain saat sedang membantu kakek tersebut menyeberang jalan. Joni pun sangat kebingungan karena nasib penonton bioskop untuk dapat melanjutkan film yang ditonton mereka berada di tangannya.
Ia terus berlari untuk mengejar pencuri tersebut sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang polisi lalu lintas. Joni pun meminta bantuan petugas kepolisian tersebut agar ia dapat dengan segera mendapatkan motornya kembali. Bukannya langsung membantu, polisi tersebut justru menyalahkan Joni yang dianggapnya kurang berhati-hati dalam memarkirkan kendaraan. Joni malah diminta untuk datang ke kantor polisi untuk dapat menulis dan menceritakan informasi kehilangan yang baru saja dialaminya. Namun, Joni menolak melakukan hal tersebut karena hanya akan membuang waktunya, sedangkan ia harus cepat mengantarkan roll filmnya agar janjinya terpenuhi. Ia terus berlari mengejar pencuri motor tersebut.
Pada scene tersebut, sangat jelas bahwa sang sutradara ingin menampilkan realitas yang ada di Indonesia bahwa polisi kurang bertindak tegas ketika kita melaporkan kehilangan sesuatu. Bahkan waktu yang ditentukan untuk kita dapat melapor kehilangan sesuatu adalah 1x24 jam. Dalam film tersebut, sang polisi dengan tegas menolak untuk mengejar motor yang baru saja dicuri pelapor. Ia malah menyuruh pelapor untuk pergi ke kantor polisi agar dapat menceritakan kejadiannya.
Di scene lain juga terdapat penonjolan aspek terhadap suatu isu yang menyebabkan munculnya opini publik, yaitu mengenai budaya mengantri. Diceritakan bahwa saat itu, di dalam bioskop tersebut memiliki penonton yang sangat banyak sehingga antrian tiket terlihat sangat panjang. Seorang laki-laki yang ingin menonton dengan pasangannya enggan mengantri melihat panjangnya antrian biskop pada hari itu. Ia berusaha untuk mencari “calo”/orang yang bisa dimintai tolong agar ia bisa mendapatkan tiket bioskop sesuai dengan tempat yang ia inginkan. Orang pertama dan orang kedua yang ia mintai tolong, menolak permintaan pertolongannya karena mereka sangat menjunjung tinggi konsep mengantri. Namun orang ke tiga yang ia mintai tolong mau menuruti permintaannya. Ia bahkan rela mengeluarkan uang lebih untuk membayarkan juga tiket orang yang disuruhnya mengantri.
Dari scene tersebut, dapat dijelaskan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengedepankan konsep mengantri. Bahkan masih banyak di antara mereka yang rela mengeluarkan uang lebih untuk menghindari yang namanya “antrian”. Segala hal masih diukur dengan materi. ketika kita memiliki uang, kita dapat memiliki apapun yang kita inginkan. Begitulah singkatnya opini yang ingin disampaikan sang pembuat film.­
Perjuangan Joni untuk mengantarkan roll film tepat waktu pun dilanjutkan dengan bertemunya ia dengan seorang perempuan bernama Voni yang terlihat sedang dicopet. Sang pencuri hendak mengambil tas yang dimiliki Voni dan Voni berusaha mempertahankan tasnya dari perampok yang belakangan diketahui bernama Jeffrey. Melihat ketidakadilan tersebut, tanpa berpikir panjang, Joni langsung menolong gadis itu. Namun sayangnya, lagi-lagi Joni tertipu. Tas miliknya, yang berisi roll film, yang Joni titipkan ke gadis tersebut justru dibawa lari ketika ia sedang melakukan tawaran dengan Jeffrey. Joni bingung melihat Jeffrey kabur yang awalnya mau merampok Voni. Seketika ia tersadar ketika tidak ada lagi Voni di sampingnya. Dan baru sadar bahwa ia telah ditipu oleh mereka berdua.
Joni semakin bingung dan lelah, karena tas yang dibawa berisi rol film yang harus ia antar. Di tengah perjalanan mengejar Voni, ia bertanya kepada anak kecil yang bernama Toni (Dwiky Riza). Rupanya anak kecil tersebut adalah adik dari Voni. Lalu ia mempertemukan Joni kepada Voni dan Jeffrey di sebuah tempat di mana Voni dan Jeffrey sedang melakukan audisi band. Menurut pengakuan Jeffrey dan Voni, mereka mencuri tas tersebut untuk biaya audisi band tersebut.
Dalam audisi band itupun, Voni dan Jeffrey masih mempunyai masalah yaitu drummer mereka tak kunjung datang sementara waktu yang disediakan sudah hampir habis. Lalu, Joni menawarkan diri untuk menjadi drummer pengganti karena ia harus cepat-cepat mendapatkan kembali tas miliknya. Audisi berhasil, band Jeffrey pun lolos. Namun, masalah kembali lagi muncul ketika Voni bilang ke Joni bahwa tas yang ia curi darinya sudah dijual kepada raja pencuri bernama Adam Subandi (Sudjiwo Tedjo). Raja pencuri tersebut merupakan kolektor yang akan mengadakan pameran barang-barang seni hasil curian. Merasa telah ditolong, akhirnya Voni mengantarkan Joni ke rumah Raja pencuri yang merupakan seniman gila. Dan akhirnya Joni berhasil bertemu dengan seniman tersebut. Dan dimulailah dialog di antara Joni dan seniman gila tersebut mengenai profesi yang dilakukan Joni.
Seniman gila tersebut terlihat sangat heran mengetahui Joni menganggap pekerjaan pengantar roll film sebagai karir utamanya. Pandangan Joni mengenai pekerjaan berbeda dengan pandangannya yang menganggap kriteria pekerjaan nomer satu adalah materi. Sementara Joni berkata:
“Pekerjaan yang paling baik adalah pekerjaan dimana lo bisa nikmatin pekerjaan itu.”
Ini adalah ke sekian kalinya isu mengenai materi diangkat oleh sang sutradara. Ia memiliki opini bahwa pekerjaan yang paling baik adalah ketika kita melakukannya sesuai dengan passion kita, bukan semata-mata karena materi. Mengingat saat ini, banyak sekali orang yang bekerja karena faktor materi. Sang sutradara ingin menyampaikan bahwa pekerjaan sesungguhnya bukanlah tentang besaran gaji yang kita dapat. Pekerjaan berbicara tentang passion. Ketika kita melakukan apa yang memang kita minati dan sukai, hilanglah sudah pikiran-pikiran mengenai materi. Sehingga kriteria pekerjaan yang paling utama bukanlah tentang materi, melainkan passion.
Scene lain mengenai pekerjaan dan materi ditunjukkan ketika Joni sedang berusaha menuju bioskop tempatnya mengantar roll film. Karena tidak memiliki kendaraan dan tidak ada kendaraan umum, ia akhirnya terpaksa menumpang mobil ambulans yang sedang membawa pasien yang sedang sakit jantung untuk dibawa ke rumah sakit. Selanjutnya diketahui bahwa orang yang menderita penyakit jantung tersebut adalah seorang produser film yang mengalami kegagalan dalam menaruh saham. Ia tidak mau diajak berinvestasi di dalam suatu film karena takut film tersebut tidak laku dan mendapat rating yang rendah. Namun ternyata hal itu berlaku kebalikannya. Film yang ia tolak untuk diajak kerja sama tersebut justru laku keras.
Joko Anwar tampaknya ingin memberitahu kita bahwa masih banyak produser film di Indonesia yang lebih mementingkan untung daripada materi film itu sendiri. Sang produser diceritakan sangat menyesal karena tidak berinvestasi di film tersebut hingga penyakit jantungnya kumat. Lewat sindiran-sindiran dialog yang dibalut secara komedi, begitulah yang ingin sang sutradara sampaikan kepada kita sebagai penontonnya.


KESIMPULAN
            Janji Joni merupakan film yang mengangkat realitas kehidupan sosial di Indonesia. Ada banyak sekali kritik sosial yang dibentuk oleh Joko Anwar, sang sutradara film. Beberapa adegan dan percakapan juga ditunjukkan untuk membentuk opini publik penonton. Joko Anwar mengangkat dan menekankan isu-isu yang biasa kita temukan di Inonesia, seperti homoseksualitas, budaya, hingga ke pekerjaan dan passion.
            Teori yang digunakan untuk menganalisis opini publik yang terbentuk adalah teori semiotika, proximity dan teori nilai budaya. Semiotika dipilih karena teori ini sangat mendukung adanya pembentukan opini public lewat media, dalam hal ini film. Symbol-simbol yang digunakan dalam film baik itu berupa gambar maupun percakapan membantu sang sutradara dalam menyampaikan opininya. Selain itu, teori lain yang digunakan untuk membentuk opini public lainnya adalah dengan teori proximity. Kedekatan jarak yang digunakan dalam film ini adalah dengan cara menggunakan latar bioskop sebagai tempat yang selalu muncul di dalam film. Untuk dapat membantu penonton dalam membentuk opini public, sutradara film menggunakan tempat yang sudah sangat familiar di mata masyarakat. Selain itu, teori terakhir yang digunakan adalah teori nilai budaya. Film ini mengangkat isu-isu mengenai budaya yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia, misalnya seberti mengantri, dan lain sebagainya.

            Saya ingin memberikan sedikit saran untuk sutradara film Jonji Joni agar pembentukan opini publik berlangsung secara maksimal. Dari segi pengangkatan profesi yang dipilih memang sudah baik, yaitu pengantar roll film. Pekerjaan ini memang sudah jarang mendapat perhatian dari masyarakat. Namun isu-isu yang ditonjolkan justru sangat minimalis. Sang sutradara menampilkan banyak isu yang ingin ditonjolkan, namun durasi yang digunakan untuk menampilkan satu isu sangat singkat. Padahal jika ingin pesan tersebut benar-benar sampai ke penonton, sekiranya membutuhkan waktu yang agak panjang untuk menyampaikan suatu isu. 

Liputan Khusus Parade Teater Nusantara Hari Pertama

Sejumlah penonton tampak puas dengan pementasan pertama yang diadakan Parade Teater Nusantara pada tanggal 14-15 Oktober lalu. Parade Teater yang memang rutin diadakan setiap tahunnya ini menarik minat warga, khususnya kalangan remaja, untuk menyaksikan dan menikmati lakon dari para pelaku teater.
            “Sumbu” atau Sidang Umum Babu merupakan judul pementasan yang dibawakan Teater Jendela dari SMAN 2 Pontianak sekaligus membuka Parade Teater Nusantara 2014 ini. Beben MC, sutradara dan penulis naskah “Sumbu” menggarap pementasan tersebut dengan berbalut komedi dan kritik sosial. Pementasan ini bercerita tentang rakyat kecil yang sangat sulit menyalurkan aspirasinya, digambarkan dengan para pembantu rumah tangga yang berkumpul dan mengadakan sidang. Merasa kurang diperhatikan, bersatulah mereka dengan semangat yang senantiasa menyala-nyala bagaikan sumbu kompor untuk menceritakan keluh kesah yang dialaminya selama bekerja menjadi pembantu rumah tangga.
             “Kesan humorisnya begitu dapat. Sempat terganggu sih dengan suara tawa yang keras dari penonton. Suara pemain jadi kurang terdengar. Tapi untuk keseluruhan, bagus dan seru.”, tutur Sulis, siswi SMAN 1 Pontianak yang hadir malam itu sebagai penikmat teater. Gelak tawa penonton yang menyaksikan tingkah laku dan ocehan para pembantu rumah tangga ini menjadikan pementasan begitu hidup. Kritik sosial yang disampaikan sebagai kegelisahan rakyat kecil terhadap pemerintahan masa kini dibalut dengan komedi yang segar.

            Indah, siswi SMAN 2 Pontianak yang berperan sebagai Iyem dalam pementasan tersebut mengaku bahwa proses penggarapan naskah ini lumayan rumit. “Ini pengalaman pertama saya ikut Parade Teater. Lumayan sulit pada saat proses latihan karena kadang-kadang ada yang berhalangan datang.”, tuturnya. Namun hal tersebut tidak menjadikan siswi kelas 3 SMA itu merasa down. “Justru Parade Teater ini yang membuat kita benar-benar kompak dan bersatu. Kebersamaannya begitu terasa. Semoga Parade Teater tetap dan terus ada di setiap tahunnya, lebih asyik dan seru.”, lanjutnya.

Press Release FORMAT (Forum Masyarakat Teater) dalam Event Parade Teater Nusantara

            Beberapa waktu belakangan ini, para pelakon seni teater Pontianak kembali menunjukkan kebolehannya. Lewat acara Parade Teater Nusantara yang diselenggarakan Oktober mendatang, mereka akan menampilkan pertunjukkan teater selama 40 malam nonstop di Taman Budaya Kalimantan Barat. Forum Masyarakat Teater mengadakan event Parade Teater ini untuk menunjukkan bentuk apresiasinya terhadap seni teater. Selain itu, antusiasme masyarakat dalam menyaksikan seni teater juga menjadi alasan diadakannya event ini.

            Parade teater ini akan menampilkan pertunjukkan teater yang berbeda setiap malamnya dari sanggar yang berbeda pula. Mulai dari sanggar milik beberapa sekolah negeri Pontianak, sanggar umum hingga sanggar dari luar kota Pontianak, Jakarta dan Yogyakarta misalnya. Setiap harinya, sanggar-sanggar ini akan menampilkan judul naskah yang berbeda dengan pelakon yang berbeda juga. Pada 14 Oktober 2016 lalu, Teater Jendela dari SMAN 2 Pontianak menjadi penampil pertama sekaligus membuka Parade Teater Nusantara ini. Seluruh masyarakat dapat menyaksikan penampilan mereka dengan cara membeli tiket masuk seharga lima belas ribu rupiah setiap pertunjukannya di sanggar-sanggar terdekat atau dengan cara membeli tiket on the spot seharga dua ppuluh ribu rupiah di setiap pertunjukannya.  

Press Release Communication Week Ilmu Komunikasi FISIP UNTAN

            Ilmu komunikasi FISIP UNTAN akan kembali menggelar acara tahunan mereka bertajuk “Communication Week”. Kali ini, acara diselenggarakan oleh mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi angkatan 2015 setelah sebelumnya acara tersebut diselenggarakan oleh mahasiswa angkatan 2014. Acara yang diketuai oleh M. Fajrurrachim ini akan bertempat di gedung ANEX Universitas Tanjungpura, sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

            Communication Week merupakan wadah bagi para mahasiswa baru untuk menunjukkan bakat dan minatnya di bidang komunikasi. Akan ada perlombaan seperti fotografi, membaca berita, pidato, desain logo, dan sebagainya. Perlombaan ini wajib diikuti oleh para mahasiswa baru prodi Ilmu Komunikasi angkatan 2016. Sejak didiriikannya prodi Ilmu Komunikasi di 2013 silam, acara ini sudah mulai berjalan di tahun berikutnya yaitu 2014 dan terus berlangsung hingga saat ini.

Press Release Hue of Dawn

Hue of Dawn merupakan sebuah project musik garapan mahasiswa FISIPOL Universitas Tanjungpura. Band yang beranggotakan lima orang personil ini mulai terbentuk sejak awal mereka menduduki bangku perkuliahan di 2014 silam. Merasa memiliki pandangan  dan banyak kesamaan di bidang musik, band yang digawangi oleh Marielyn, Madan, Catur, Bayu dan Joshua pada akhirnya memutuskan untuk membuat project yang diberi nama “Hue of Dawn”.
         White Shoes and The Couples Company, Float dan Payung Teduh menjadi influencer mereka dalam bermusik dan berkarya. Tiap minggunya, secara rutin mereka tampil di sebuah coffeeshop bernama Kopi Bandar, untuk menghibur para pengunjung dengan alunan music yang “khas anak muda”. Madan, gitaris Hue of Dawn, mengaku bahwa tujuan dibentuknya project ini adalah karena kelima personilnya bercita-cita ingin menjadi seniman terkenal. Terhitung hingga saat ini, Hue of Dawn telah memiliki lagu ciptaan mereka sendiri yang berjudul “Bright The Sky” dan “Hujan yang Kini”. 

Pengukuran Efektivitas Kampanye Digital PR (Resume)

            Popularitas media digital di era informasi kini semakin mengalami pergerakan. Hal ini menjadi tantangan para professional PR agar mereka mampu mengemas kampanye kehumasan dengan cara yang kreatif. Semakin banyaknya pengguna internet di era ini membuat praktisi humas harus mampu memanfaatkan media sosial sebagai sarana yang paling efektif dalam melakukan kampanye kehumasan.
            Untuk dapat mengetahui dan mengenal audiens, seorang praktisi humas haruslah mampu melakukan pengukuran keefektivitasan saat melakukan kampanye digital PR. Namun, dengan cara apakah seorang praktisi humas mengukur keefektivitasan kampanye mereka? Agar lebih mudah dipahami, ada beberapa contoh yang akan dibahas di artikel ini.
                Dewasa ini, seorang praktisi humas memilih media social untuk melakukan sebuah kampanye, baik itu kampanye produk, kampanye pencalonan kandidat ataupun kampanye untuk suatu perubahan sosial. Untuk kampanye produk misalnya, ketika sebuah perusahaan meluncurkan suatu produk baru, mereka harus memiliki upaya agar produk yang akan dikeluarkan menjadi viral dan banyak dicari masyarakat. Di sini peran seorang praktisi humas sangatlah penting. Ia bisa melakukan kampanye produk di era digital ini. Misalnya dengan memposting produk pra-launching dengan sekreatif mungkin. Hal ini akan mendorong rasa penasaran masyarakat untuk lebih mencari tau mengenai produk yang akan dijual. Dengan melakukan kampanye produk di media social seperti Instagram, seorang praktisi humas nantinya akan bisa mengukur keefektivitasan kampanye yang ia lakukan di media sosial. Keefektivitasan tersebut dapat diukur lewat seberapa banyak masyarakat yang mengikuti akun di media sosial kita atau seberapa banyak jumlah like atau repost yang mereka berikan yang nantinya akan berpengaruh terhadap jumlah penjualan. Keefektivitasan kampanye digital PR juga dapat diukur dengan cara mengamati seberapa banyak masyarakat yang akan memberikan pengaruh terhadap orang lain untuk menggunakan produk yang kita pasarkan lewat media sosial.